Penanganan mamalia yg terdampar di pulau tanakeke

 Kepada yth.

Kepala angkalan PSDKP Bitung

Mohon ijin berkenan kami laporkan kegiatan satwas SDKP Takalar tanggal 11 s.d 12 oktober 2023  tentang penanganan mamalia yg terdampar di pulau tanakeke berdasar SPT no. B.1511/PSDKP Lan 5./KP.440/X/2023

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 11-12 Oktober 2023 di Dusun Kampung Berua, Desa Maccini Baji, Kecamatan Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, dengan melibatkan tim jejaring Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang terdiri dari BPSPL Makassar Ditjen PKRL, PSDKP Satwas Takalar, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin Makassar, dan warga setempat.

Kronologi kejadian mamalia laut terdampar pada Hari Senin (9 Oktober 2023) di area pantai sisi barat Dusun  Kampung Berua, Desa Maccini Baji, Kecamatan Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, salah satu warga setempat menemukan mamalia laut terdampar dalam kondisi sekarat yang akhirnya mati pada siang menjelang sore hari, informasi tersebut kemudian sampai ke pihak BPSPL Makassar pada Selasa pagi (10 Oktober) melalui media sosial yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan koordinasi untuk memperbarui informasi terkait kondisi terkini kejadian terdampar tersebut, lalu melakukan koordinasi dengan jejaring lainnya yakni pihak PSDKP Satwas Takalar dan tim dokter hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin untuk merencanakan teknis penanganan yang akan dilakukan, yang terdiri dari :

– melakukan identifikasi jenis mamalia laut yang terdampar,

– mengumpulkan data morfometri,

– melakukan pengambilan sampel pada bagian kulit, daging, area nafas / blowhole, dan beberapa organ lain yang diperlukan, dan

– melakukan penanganan pada mamalia laut yang terdampar mati.

Setelah koordinasi dan perencanaan dilakukan, tim BPSPL Makassar kemudian mulai bergerak menuju ke lokasi kejadian pada Rabu (11 Oktober) pukul 07.00 WITA dan berkumpul bersama tim PSDKP Satwas Takalar dan FKH Unhas di dermaga Takalar lama pada pukul 09.00 WITA yang kemudian menuju ke Kepulauan Tanakeke  menggunakan transportasi kapal.  Dikarenakan aksesibilitas menuju lokasi kejadian terdampar tidak mudah, tim baru sampai di lokasi kejadian terdampar pada pukul 14.00 WITA 

Saat di lokasi kejadian terdampar, tim kemudian melakukan identifikasi jenis dengan mengamati langsung dan melakukan pengukuran morfometri. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hasil informasi tentang jenis/spesies dan morfometri sebagai berikut:

– jenis yang terdampar : Paus berparuh cuvier (Ziphius cavirostris)

– panjang total : 6,4 meter

– lingkar badan 3,2 meter

– jenis kelamin : betina

– kondisi terdampar terkini : mati dan mengalami pembusukan tindak lanjut (kode 3)

Berdasarkan informasi dari dokumentasi pada saat kejadian terdampar ditemukan oleh warga, terlihat bahwa mamalia laut tersebut dalam kondisi kurus. Atas hal tersebut tim kedokteran hewan FKH Unhas dibantu tim BPSPL Makassar dan PSDKP Satwas Takalar melakukan nekropsi/pembedahan untuk mengamati kondisi organ tertentu, namun dikarenakan kondisinya sudah dalam pembusukan tindak lanjut, sehingga proses nekropsi dilakukan pada area abdomen untuk melihat kondisi organ lambung dan usus serta mengidentifikasi jenis makanan terakhir yang dikonsumsi oleh bangkai mamalia laut tersebut. 

Berdasarkan pengamatan hasil nekropsi ada organ usus dan lambung, jaringan organ sebagian besar sudah mengalami kerusakan dikarenakan sudah dalam kondisi kode 3. Selain itu, tidak ditemukan jenis makanan apapun ataupun sampah plastik di dalam organ lambung maupun usus, sehingga diindikasikan tidak memakan apapun dalam kurun beberapa hari terakhir sebelum terdampar.

Tim kemudian melakukan pengambilan sampel yang terdiri dari sampel dari usus, lambung, limpa, daging, lemak, dan kulit. Selain itu tim juga melakukan pengambilan sampel melalui swab pada bagian lubang nafas / blow hole.

Setelah proses nekropsi dan pengambilan sampel dilakukan, tim kemudian melanjutkan ke tahap penanganan. Berdasarkan hasil dari beberapa pertimbangan seperti :

– kondisi substrat di lokasi terdampar yakni area pantai pasir berbatu yang didominasi oleh bebatuan dari karang mati, 

– kondisi pantai yang landai sehingga jarak ke perairan yang lebih dalam terbilang jauh sehingga sulit jika dilakukan proses penenggelaman,

– kondisi bangkai yang tetap dan tidak berpindah saat pasang surut air laut,

– minimnya alat dan sarana prasarana untuk penanganan dengan cara penguburan maupun dengan cara dibakar,

– jarak lokasi kejadian terdampar dengan pemukiman terdekat lebih dari 1 km sehingga kemungkinan pengaruh cemaran yang berdampak ke pemukiman sangat kecil.

Sehingga diputuskan untuk penanganan dilakukan dengan metode dekomposisi alami, yakni membiarkan bangkai mamalia laut tersebut terurai secara alami.

Rangkaian proses pengamatan dan penanganan yang dilakukan oleh tim selesai pada pukul 15.00 WITA yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan sosialisasi dengan warga setempat terkait perlindungan mamalia laut dan bagaimana menjadi penanggap pertama saat menemukan kejadian mamalia laut terdampar.

Demikian Laporan kami sampaikan.

 Hormat Kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *